Senin, 18 Mei 2015

Rejeki Belum Ketemu Jodoh

Suatu ketika ada salah satu sahabatku memberitahuku bahwa rejeki bukan hanya sekedar uang. Namun lebih dari itu semua, rejeki adalah penghasilan yang kita dapatkan, keluarga yang kita miliki, waktu yang kita miliki, bahkan sedekah yang kita keluarkan adalah bagian dari rejeki kita. Dalam hal ini aku tidak akan menjelaskan tentang rejeki. Namun tentang hal yang sedang atau bisa juga sering menggangguku belakang ini. Jodoh. Eh. Iya jodoh kok. Gak nyambung ya dengan pembukaannya? Eits, tunggu dulu. Kali ini aku akan mencoba mengeluarkan opiniku, alah, dengan mengaitkan antara jodoh dan konsep rejeki yang baru saja ku ketahui. Wajar memang diumur ku yang 23 ini banyak orang yang selalu menanyakan ku tentang jodoh dan menikah. Mungkin juga untuk kalian. Hal ini didukung juga dengan teman temanku yang sudah banyak yang menikah. Pertanyaan-pertanyaan khas dari orang yang sudah atau bahkan baru satu jam menikah, kepada teman-temannya yang masih single adalah standar. Menurutku sih. Haha. “kapan nyusul?”. “kapan nikah?”. “emang pengennya yang gimana, siapa tahu aku bisa bantu nyariin.” .”teman teman kamu udah pada nikah kamu kapan?”. Hmmm. Risih? Iya. Sebel? iya. Eh kadang aja ding. Tapi ya gimana, mulut, mulut mereka. Jawab aja, belom ketemu jodohnya. Atau belom waktunya. Etc ajalah jawabannya. Aku termasuk orang yang nyantai soal nikah. Semakin kesini, entahlah justru lebih santai bahkan pikiran tentang itu sudah sedikit demi sedikit terakuisisi dari otakku. Alah. Bahasanya anak ekonomi banget. Hihi. Seringnya pertanyaan itu muncul sesering itu pula aku santai menjawabnya. Mungkin karena terlampau sering dan terlampau bosan. Jadi ya jawabnya ya gitu-gitu aja, seperti apa yang sudah aku tulis tadi. Nah, setelah aku mengetahui sedikit konsep tentang rejeki, aku mulai berlagak sok dewasa. Eciee. Hehe. Dengan mengaitkan antara rejeki dan jodoh bisa ditarik jawaban yang bijaksana dan dewasa. Asyiik. Belom ketemu jodoh adalah belum rejeki kita untuk menemukannya atau belom rejeki kita untuk menikah dan membangun rumah tangga. Ya, mungkin itu benar. Tapi aku mulai menemukan sesuatu hal yang mungkin tidak banyak disadari banyak orang. Mungkin juga malah terlupakan. Eh? Mmmm, sudah siap mengetahui apa yang aku pikirkan? Siapkan mental dan hati kalian dear… alah. Kenapa belum menikah? Kapan menyusul? “Karena kita masih diberi rejeki oleh Alloh untuk berbakti pada orang tua kita, karena kita masih diberi rejeki waktu untuk memperbanyak kesempatan bersama orang tua dan membantu mereka saat dibutuhkan kapanpun mereka butuhkan, dan pastinya karena kita masih diberi rejeki untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi.” Alangkah lebih bijak dan dewasa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bagi sebagian orang itu mengganggu dan menambah kegalauan hati. Ecieee… Mungkin juga itu jawaban yang justru skak mat buat mereka-mereka yang merasa sudah sempurna hidup dan agama dengan status nya di ktp yang sudah berubah. Hmmm. Kalau kalian mau merenungkan kalimat jawaban yang aku berikan itu, kalau mau sih, hukumnya mubah kok. hehe, bisa menjadi pengingat bagi kitayang mungkin euphoria menikah sudah memenuhi otak kita. Dan secara tidak sadar hal itu telah mengakuisisi pikiran birrul walidain kita dari otak kita. Atau mungkin juga pikiran atau hal-hal baik lainnya yang seharusnya ada. Semoga kita bisa terus memperbaharui hati, pikiran dan jiwa kita selalu. Sehingga nantinya kita akan mengutamakan apa yang seharusnya menjadi luar biasa dalam hidup kita.